Detail Halaman

SEJARAH BERDIRINYA YAYASAN PONDOK MODERN AL-RIFA’IE

Rilis 08:50, 05 Aug 2022 | Oleh Admin 2

Yayasan Pondok Modern Al-Rifa’ie merupakan salah satu Pondok Pesantren yang bertempat di Kabupaten Malang tepatnya di Jl. Raya Ketawang No.01 Gondanglegi. Pondok Modern Al-Rifa’ie didirikan oleh KH. Achmad Zamachsyari pada 8 Oktober 1992 dan diresmikan oleh Panglima Komando Daerah Militer V Brawijaya Brigjen TNI Sudibyo Tjipto Negoro pada Kamis, 9 September 1999 pukul 09.00 WIB. Dengan Akta Notaris No. 46. tanggal 11 Januari 1993 Notaris Pramu Hariono, SH.

Diawali pada tahun 1953 KH. Achmad Zamachsyari yang hampir 18 tahun menjadi asisten ayahnya KH.Achmad Rifa’ie Basuni mengasuh Pondok Pesantren Al-Fattah di Singosari Malang yang waktu itu masih sangat tradisional, tanpa adanya sekolah umum serta metode pengajarannya yang menggunakan pola sorogan yang tergolong klasik.Santri hanya di doktrin dengan kajian kitab-kitab kuning tanpa berkulturasi pada dunia luar. Suatu ketika Kyai muda yang akrab dipanggil Gus Mad ini, tiba-tiba terusik ingin merombak pesantren warisan ayahnya itu dengan sistem pendidikan yang lebih modern yakni ada sekolah umum, diniyah, sampai jenjang perguruan tinggi.

“Konsep Modernisasi Pesantren yang dikembangkan Gus Mad ini, bukan modern karena diperbaharui dengan adanya ilmu pengetahuan umum, tetapi sistem pengajaran di pesantrennya yang dimodernisasi”. Sampai pada suatu saat, Gus Mad tak banyak lagi melihat pesantren yang menunjukkan kemampuan untuk memodernisasi pemikirannya yang terkesan kolot, sehingga dengan pola sistem pendidikan yang defensif seperti yang sudah ada, banyak santri yang mengecap pendidikan bertahun-tahun di pesantren, namun masih gagap teknologi dan sempit ilmu pengetahuannya. Oleh karenanya dalam lubuk hatinya yang ikhlas, tersirat ingin mendobrak keterbelakangan pondok pesantren untuk berkulturasi dengan dunia luar.

Perubahan dari pesantren salaf ke modern pada pesantren warisan ayahnya seperti yang diinginkan Gus Mad sepertinya tak bisa ditawar lagi karena menurut keluarga Gus Mad cita-cita ayahnya (KH. Rifa’ie Basuni) yang amat concern dengan konsep salafiah atau pesantren salaf itu tak bisa di rubah. Mereka yang melawan pikiran Gus Mad, beranggapan bahwa orientasi pemokiran pondok pesantren modern semacam itu, tidak menunjukkan watak akademis pesantrennya. Malah pola pikir Kyai muda itu dikatakan justru dicemari gagasan-gagasan yang berorientasi pada kehidupan kapitalis-materialistis.

Gus Mad sendiri banyak terinspirasi dari pemikiran Imama Al-Ghazali, yang menyebutkan bahwa setiap kurun waktu sepuluh tahun akan terjadi perubahan zaman yang dahsyat. “Siapapu dalam kurun waktu itu tak pernah berpikir untuk melakukan perubahan (change), maka mereka akan tertinggal dari golongan yang lain. Gus Mad menangkap sebuah ungkapan yang amat filosofis dan bermakna tinggi “Kalau pesantren yang ada masih tradisional, tidak ada perubahan dalam menghadapi zaman, maka produk pesantren akan ketinggalan zaman. Orang lain sudah menggunakan teknologi tinggi dalam metode pengajarannya, pesantren masih gagap teknologi, berarti ini suatu keterbelakangan”.

Pada tahun 1990, akhirnya Gus Mad mengundurkan diri dari kepemimpinannya di Pondok Pesantren Al-Fattah dan meninggalkan daerah Singosari yang telah membesarkannya. Ia memilih daerah baru di wilayah Ketawang Gondanglegi Malang untuk melakukan babat alas memulai perjuangannya membangun Pondok Pesantren Modern. Gedung pondok pesantren yang dibangunn bertingkat tiga di atas tanah lebih 7.000 m2 ini di arsiteki sendiri oleh Gus Mad yang bangunannya lebih mirip bangunan flat  ini memang agak sedikit berbeda bila dibanding dengan bangunan pesantren umumnya.

Tepat pada Kamis, 9 September 1999 pukul 09.00 WIB. Dengan Akta Notaris No. 46. tanggal 11 Januari 1993 Notaris Pramu Hariono, SH. “Yayasan Pondok Modern Al-Rifa’ie” diresmikan dengan dihadiri sejumlah Kyai dan Pejabat seperti KH. Hasyim Muzadi, Panglima TNI Jendral Wiranto, dll.

Awal tahun 2000, santri yang masuk ke pondok sejumlah 600 siswi. Ketika itu santri yang ditampung hanya untuk kelas SMP saja, dan tiga tahun kemudian pada tahun 2003 mulai dibuka kelas untuk SMA. Santri yang terdaftar berasal dari berbagai daerah dan provinsi termasuk Papua, Aceh, Sumatera, Sulawesi, NTB, NTT, dll. Hal ini sesuai dengan motto Gus Mad “Al-Rifa’ie ada dimana-mana tapi tidak kemana-mana”.

Dengan program modernisasi pesantrennya itu, Gus Mad banyak melakukan perubahan mengenai keterbelakangan dan kulturasi para santrinya dengan dunia luar. Hal ini dilakukan dalam ekstrakurikuler dipesantren yang bekerjasama dengan institusi lain menyangkut kegiatan kesenian dan ketrampilan. Santri tak hanya mengaji kitab saja, tapi juga dibekali ketrampilan untuk menopang hidupnya kelak di masyarakat. Dengan ilmunya yang luas santri akan mengenal lingkungan dunia luar. Mereka akan bisa hidup mengikuti perubahan zaman dan kehidupannya tidak terbelakang.

Gus Mad menganggap di dalam perubahan itu manusia bisa mengangkat derajat dan martabat dirinya. Namun tak mudah bagi siapa saja yang menginginkan perubahan. Karena untuk berjuang mengubah nasibnya diperlukan pendekatan sistematis, konseptual dan bisa membawa perubahan dalam dirinya. Dan perubahan itu perlu proses waktu, keyakinan, kerja yang bertahap, dan sabar.

Naik